Minggu, 13 November 2011

Tiga Penyebab Mengapa Kasus Papua Tak Selesai


Anggota kepolisian Mimika bentrok dengan karyawan PT. Freeport Indonesia yang melakukan aksi unjuk rasa di Timika, Papua, (10/10) ANTARA/Spedy Paereng

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah diminta memberi perhatian lebih terhadap persoalan di Papua supaya tak terjadi blunder kebijakan. Apalagi Papua sedang menjadi sorotan internasional. "Persoalan Papua tidak hanya masalah lokal, tapi sudah menjadi perhatian dunia internasional," kata Diaz Gwijangger, anggota Komisi X DPR asal Papua, di gedung DPR, Senin, 7 November 2011.

Diaz menyatakan ada tiga penyebab kenapa persoalan Papua tak pernah selesai. Pertama, terkait sejarah bergabungnya Papua ke Indonesia melalui Penentuan Pendapat Rakyat 1969. Diaz menilai, masyarakat Papua memandang sejarah Pepera belum selesai hingga kini. "Pemerintah dan rakyat Papua harus segera berdialog menyikapi masalah ini," ucap Diaz.

Dialog diperlukan karena ada perbedaan pandangan antara rakyat Papua dengan pemerintah dalam memandang Pepera. "Pemerintah menganggap persoalan ini sudah selesai, sementara Papua tidak," kata dia.

Persoalan kedua, menurut Diaz, adalah sejarah kekerasan dan pelanggaran HAM Papua. Diaz menyatakan, pelanggaran HAM tidak pernah diselesaikan secara tuntas. "Kalau Komnas menemukan pelanggaran, peradilan HAM seharusnya melaksanakan itu," ucap anggota Fraksi Partai Demokrat ini.

Diaz mengutarakan, persoalan krusial lain Papua adalah eskploitasi sumber daya alam. Menurut dia, warga Papua tidak pernah mendapat kompensi yang jelas. Eksploitasi terus dilakukan sementara rakyat Papua masih tetap di bawah garis kemiskinan.

Dia mengkritik pembentukan Tim Pengawas Otonomi Khusus untuk Aceh dan Papua di DPR. Pembentukan tim ini dinilai tidak melibatkan perwakilan masyarakat setempat. Padahal, untuk menuntaskan masalah di wilayah ini perlu pendekatan kultural dan sosiologis. "Tapi saya tak dilibatkan," katanya.

Tim Pengawas ini seharusnya, kata Diaz, melaporkan hasilnya secara berkala ke publik. "Jangan ditumpuk dan diakumulasi sehingga jadi bom waktu," dia menjelaskan.

Sabtu, 12 November 2011

Pembukaan SEA Games Terganggu Hujan, SBY Masam

Pembukaan SEA Games Terganggu Hujan, SBY Masam


Pembukaan SEA Games Terganggu Hujan, SBY Masam
Pembukaan pesta olah raga negara-negara ASEAN, SEA Games XXVI 2011 di Gelora Sriwijaya, Palembang

TRIBUNNEWS.COM,  PALEMBANG — Pembukaan SEA Games XXVI di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (11/11/2011), terganggu hujan. Para undangan di stadion sibuk mencari tempat perlindungan dari hujan.
Hujan mulai turun saat kontingen Indonesia berparade. Saat Ketua Umum Panitia SEA Games (Inasoc) Rita Subowo menyampaikan kata sambutan, hujan semakin deras.
Akibatnya, sebagian hadirin di stadion sibuk mencari perlindungan. Beruntung ada paket yang antara lain berisi jas hujan di kursi setiap penonton.
Hujan diduga mengganggu kerja jaringan pengeras suara karena suara Rita saat menyampaikan sambutan sempat tidak terdengar. Rita menyampaikan sambutan di tempat yang tidak terlindung dari hujan. Namun, gangguan itu segera diatasi dan suara Rita kembali terdengar.
Dari pantauan Tribunnews.com, wajah Presiden SBY seketika berubah menjadi masam. Beruntung speaker kembali menyala dan Rita Subowo kembali berpidato.